Tujuan Pembelajaran:
Mahasiswa
diharapkan mampu memahami konsep dasar torsi serta keterkaitanya dengan momen
inersia, tegangan dan regangan geser.
Definisi torsi
Suatu batang dijepit
dengan kuat pada salah satu ujungnya dan ujung yang lainnya diputar dengan
suatu torsi (momen puntir, twisting moment) T = Fd yang
bekerja pada bidang tegaklurus sumbu batang seperti terlihat pada Gb. 5-1.
Batang tersebut dikatakan dalam kondisi kena torsi. T adalah torsi (Nm),
F adalah gaya (N) dan d adalah diameter lengan putar (m).
Alternatif lain untuk menyatakan adanya torsi adalah dengan dua tanda vektor
dengan arah sejajar sumbu batang.
![]() |
Gb. 5-1
Momen kutub inersia
Untuk suatu batang
bulat berlobang (pipa) dengan diameter luar Do dan diameter
dalam Di, momen kutub inersia (polar moment of inertia)
penampang melintang luasnya, biasanya dinotasikan dengan J, diberikan
dengan:

Momen kutub inersia untuk batang bulat tanpa lubang
(batang pejal) dapat diperoleh dengan memberi nilai Di = 0.
Kuantitas dari J merupakan sifat matematis dari geometri penampang
melintang yang muncul dalam kajian tegangan pada batang atau poros bulat yang
dikenai torsi.
Sering untuk tujuan
praktis, persamaan diatas ditulis kembali dalam bentuk:


Bentuk terakhir dari
persamaan diatas sangat berguna khususnya pada evaluasi numeris J dimana
perbedaan antara
adalah kecil.

Tegangan Geser Torsi
Baik untuk poros
pejal maupun poros berlubang yang dikenai momen puntir T torsi tegangan
geser (torsional shearing stress) τ pada jarak p dari
titik pusat poros dinyatakan dengan:


Gb.
5-2
Regangan geser
Suatu garis membujur a-b
digambarkan pada permukaan poros tanpa beban. Setelah suatu momen puntir T
dikenakan pada poros, garis a-b bergerak menjadi a-b’ seperti
ditunjukkan pada Gb. 5-3. Sudut γ,
yang diukur dalam radian, diantara posisi garis akhir dengan garis awal
didefinisikan sebagai regangan geser
pada permukaan poros. Definisi yang sama berlaku untuk setiap titik pada
batang poros tersebut.
![]() |
Gb.
5-3
Modulus elastisitas
geser
Rasio tegangan geser τ terhadap
regangan geser γ disebut modulus elastisitas geser dan,
seperti pada bab 4, diformulasikan dengan:

Lagi, dimensi untuk G
adalah sama dengan dimensi tegangan geser, karena regangan geser tak
berdimensi.
Sudut puntir
Jika suatu poros
dengan panjang L dikenai momen puntir T secara konstan
dikeseluruhan panjang poros, maka sudut puntir (angle of twist) θ
yang terbentuk pada ujung poros dapat dinyatakan dengan

dimana J
menunjukkan momen inersia pada penampang melintang poros. Lihat Gb. 5-4.
Persamaan ini hanya berlaku untuk poros dalam kondisi elastis.
![]() |
Gb. 5-4
Torsi plastis
Apabila momen puntir
yang bekerja baik pada poros pejal maupun poros berlubang dinaikkan terus,
nilai momen puntir mungkin akan mencapai titik lelah geser dari bahan bagian
luar. Ini adalah batas maksimum untuk momen puntir elastis dan dinyatakan
dengan Te. Kenaikan selanjutnya dari momen puntir menyebabkan
tercapainya titik-titik lelah pada bahan untuk posisi lapis yang semakin
kedalam, sampai keseluruhan lapisan bahan mencapai titik lelahnya; dan ini
menunjukkan terjadinya momen puntir plastis penuh (fully plastic twisting
moment) Tp. Kita tidak bicarakan tegangan yang lebih
besar dari batas titik lelah, karena ini adalah batas momen puntir yang dapat
diberikan oleh poros. Dari hasil beberapa pengujian diperoleh bahwa Tp
= 4/3(Te).
![]() |
Contoh 1.
Jabarkan hubungan antara momen puntir yang
bekerja pada poros pejal dan regangan geser yang terjadi pada sembarang titik
pada poros tersebut.
Pada gambar (a)
disamping, poros dibebani dengan dua torsi T sedemikian sehingga poros
dalam kondisi kesetimbangan statis. Untuk menentukan distribusi regangan geser
pada poros, poros kita potong dengan suatu bidang yang tegaklurus sumbu poros. Diagram
gaya yang bekerja pada potongan sebelah kiri bidang potong ditunjukkan pada
gambar (b). Tentu saja agar batang tetap dalam kondisi kesetimbangan maka torsi
T harus dipasangkan pada bidang potong potongan melintang. Torsi T
pada bagian terpotong ini menunjukkan efek torsi poros sebelah kanan pada poros
sebelah kiri. Torsi ini tentu saja merupakan resultan gaya-gaya geser yang
terdistribusi pada penampang melintang. Sekarang perlu membuat asumsi untuk
menentukan sifat intensitas berbagai tegangan geser pada potongan melintang
ini.
Satu asumsi dasar adalah bahwa bagian bidang
pada poros yang mempunyai posisi normal terhadap sumbu poros sebelum
pembebanan, tetap normal setelah pembebanan. Ini dapat dibuktikan melalui
percobaan untuk poros bulat, tetapi asumsi ini tidak tepat untuk poros yang
tidak bulat.
Generator (garis sejajar sumbu pada sisi luar
poros) yang ditunjukkan dengan garis O1A pada gambar (c) berubah
menjadi O1B setelah terjadi torsi. Sudut antara kedua
garis ini ditunjukkan dengan α. Berdasarkan definisi, unit regangan
geser γ pada permukaan poros adalah


atau 

Tetapi karena diameter poros oleh pengaruh
pembebanan adalah tetap setelah torsi, unit regangan geser pada jarak ρ
dari pusat poros dapat dinyatakan dengan
. Konsekuensinya regangan geser pada titik titik arah
longitudinal bervariasi secara linier sebagai fungsi jarak dari pusat poros.

Jika hanya kita perhatikan pada rentang
linier dimana tegangan geser proporsional dengan regangan geser, maka terbukti
bahwa tegangan geser pada arah longitudinal bervariasi linier terhadap jarak
dari pusat poros. Distribusinya adalah simetris pada sekeliling sumbu poros,
seperti ditunjukkan pada gambar (d). Untuk kesetimbangan, jumlah momen
distribusi gaya geser pada potongan melintang ini sama dengan besarnya momen
puntir. Juga jumlah momen gaya-gaya adalah sama dengan besarnya torsi T
.
Dengan demikian



Konsekuensinya kita dapat menulis

karena rasio τρ/ρ adalah konstanta.
Namun, pernyataan
berdasarkan definisi
adalah momen inersia luasan penampang melintang. Dengan demikian diperoleh:



![]() |
Contoh
2.
Jabarkan penyataan untuk sudut puntir suatu poros sebagai
fungsi momen puntir. Asumsikan bahwa poros bekerja pada rentang elastis. Misalkan L adalah panjang poros, dan J
adalah momen inersia penampang melintang, T adalah momen puntir
(diasumsikan konstan sepanjang poros), dan G adalah modulus elastisitas
geser. Sudut puntir pada panjang L adalah θ seperti ditunjukkan
gambar disamping.
Dari contoh 1, kita dapatkan bahwa untuk posisi dimana ρ
= r:


Berdasarkan definisi, modulus geser diberikan dengan
, dimana selanjutnya kita peroleh
. Disini θ
dinyatakan dalam radian.


Kadang-kadang sudut puntir juga dinyatakan dalam unit
panjang; sering dinyatakan dengan
, dan dinyatakan dengan 


Contoh
3.
Suatu poros dijepit di salah satu ujungnya, ujung lainnya
bebas, dan dibebani dengan momen putir secara seragam disepanjang poros dengan
besar t per satuan panjang (Gb (a)). Kekakuan poros adalah GJ.
Tentukan besarnya sudut puntir pada ujung bebas poros.
![]() |
|||
![]() |
|||
|
Momen puntir per unit panjang dinyatakan dengan t,
dan koordinat x mempunyai origin disebelah kiri. Diagram porsi batang
ujung sebelah kiri dan bagian x ditunjukkan pada gambar (b). Suatu
elemen dengan panjang dx tampak pada gambar dan kita akan menentukan
sudut putar pada elemen silinder dengan panjang dx ini. Untuk
kesetimbangan momen terhadap sumbu batang, suatu momen puntir tx bekerja
pada bagian sebelah kanan bagian. Momen puntir tx ini menyebabkan elemen
sepanjang dx terpuntir dengan sudut putar:

Total putaran pada ujung sebelah kiri diperoleh dengan
integrasi keseluruhan elemen sedemikian sehingga sudut puntir dapat dinyatakan
dengan

Sumber: Matakuliah MKM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar