Senin, 02 September 2013

Makalah paparan panas, dingin, tekanan turun


BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang Masalah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik
atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Siapapun tidak ingin ketika ia bekerja, kemudian sakit karena keselamatan kerja yang kurang. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan pekerja menjadi cidera atau sakit. Misal kecelakaan kerja di bengkel, terkena paku, tertimba benda berat, atau dapat pula di sebabkan karena kondisi tempat kerja yang mungkin terlalu panas, ataupun terlalu dingin. Kondsi cuaca panas di tempat kerja akibat tingginya temperatur, kelembapan, radiasi sinar matahari, dan rendahnya kecepatan angin dapat menyebabkan heat stress.Begitu juga sebaliknya, kondisi yang sangat dingin dapat menyebabkan terjadinya hipotermia. Begitu juga mengenai suhu ataupun tekanan udara yang ada di tempat kerja, jika tidak sesuai dapat menimbulkan masalah kesehatan. Inilah yang akan di bahas dalam makalah ini.

2.    Rumusan Masalah
a.       Apa yang dimaksud paparan panas?
b.      Apa dampak paparan panas?
c.       Apakah yang dimaksud dengan paparan dingin?
d.      Apakah dampak paparan dingin?
e.       Apakah yang dimaksud tekanan turun?

3.    Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini, diantaranya adalah untuk mempelajari tentang paparan panas, juga untuk mempelajari tentang dampaknya. Selain itu, makalah ini juga bermanfaat untuk mengetahui maksud dari paparan dingin. Tujuan lain juga dimaksudkan untuk mengetahui dampak dari paparan dingin, juga untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan tekanan turun.

BAB II
PEMBAHASAN

I.     PAPARAN PANAS (Heat Stress)
Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia dan faktor non-iklim yaitu dari panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi. Sedangkan regangan panas (heat strain) merupakan efek yang diterima tubuh manusia atas beban tekanan panas tersebut. Secara umum :
Suhu Tinggi + Kelembaban tinggi + Kerja Fisik = Tekanan Panas.
Panas dapat didefinisikan sebagai energi dalam perjalanan dari objek suhu yang tinggi ke objek suhu yang lebih rendah.
Sedangakan cuaca kerja atau iklim kerja panas adalah kombinasi atau perpaduan antara : (1) suhu udara, (2) kelembaban udara, (3) kecepatan gerakan udara, dan (4) panas radiasi. Kombinasi dari keempat faktor diatas dihubungkan dengan produksi panas, disebut tekanan panas.
Dimana suhu udara diukur dengan termometer dan disebut suhu kering, sedangkan suhu basa dan kelembaban dapat diukur bersama- sama dengan “ sling psychrometer” atau arsmann psychrometer”
Tujuan dari identifikasi bahaya tekanan panas yaitu untuk; menghitung indeks tekanan panas melalui pengukuran faktor-faktor eksternal lingkungan yang mempengaruhi tekanan panas, meliputi ; kelembaban, kecepatan angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi; untuk melakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerja akibat paparan tekanan panas, yaitu melalui pengukuran tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi dan suhu tubuh pekerja.
Kondisi temperatur lingkungan kerja yang ekstrim meliputi panas dan dingin yang berada diluar batas kemampuan manusia untuk beradaptasi. Namun secara umum dapat ditentukan batas kemampuan dan batas toleransi yang diperkenankan untuk manusia beradaptasi, dengan temperatur ligkungan pada kondisi ekstrim dengen menentukan rentang toleransi terhadap temperatur lingkungan kerja.
Pada temperatur lingkungan tinggi diatas 34 0C, dimana pada kondisi ini tubuh mendapat panas dari radiasi dari lingkungan. Sedangkan hal yang sebaliknya terjadi suhu lngkungan rendah (lebih rendah dari dari suhu tubuh norma,37 -380C, (care body temperature), maka panas tubuh akan keluar. dengan cara penguapan (evaporasi), dan ekspirasi, sehingga tubuh dapat kehilngan panas.
Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Suhu tubuh di pengaruhi oleh factor-faktor antaran lain meliputi; kecepatan metabolisme basal tiap individu, rangsangan saraf simpatis, hormone pertumbuhan (growth hormone), hormone tiroid, hormone kelamin, gangguan organ, lingkungan tempat kerja, dan lain-lain .
Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.
Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas.
Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 – 0,6°C di atas suhu basal.
Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi sangat efisien,
dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif untuk keseimbangan suhu tubuh. Suhu tubuh harus dijaga agar tetap berada pada suhu normal agar seluruh organ tubuh dapat bekerja dengan normal. Jika terjadi perubahan core temperature tubuh maka beberapa fungsi organ tubuh akan terganggu. Sistem metabolisme tubuh secara alami dapat bereakasi untuk menjaga kenormalan suhu tubuh seperti dengan keluarnya keringat, menggigil dan meningkatkan/mengurangi aliran darah pada tubuh.
Untuk pengaturan suhu tubuh secara eksternal faktor-faktor yang harus dikontrol yaitu: suhu udara, kelembaban, kecepatan udara, pakaian, aktivitas fisik, radiasi panas dari berbagai sumber panas dan lamanya waktu terpapar panas.
PENGARUH TEKANAN PANAS PADA MANUSIA
a.       Paparan Tekanan Panas Terhadap Efek Kesehatan (Heat Strain)
Untuk itu potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja dan mendapat perhatian khusus adalah tekanan panas. Tekanan panas berlebih di tubuh baik akibat proses metabolisme tubuh maupun paparan panas dari lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah kesehatan (heat strain) dari yang sangat ringan seperti heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion hingga yang serius yaitu heat stroke.
Heat rash
Merupakan gejala awal dari yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat tekanan panas. Penyakit ini berkaitan dengan panas, kondisi lembab dimana keringat tidak mampu menguap dari kulit dan pakaian. Penyakit ini mungkin terjadi pada sebagaian kecil area kulit atau bagian tubuh. Meskipun telah diobati pada area yang sakit produksi keringat tidak akan kembali normal untuk 4 sampai 6 minggu.
Heat syncope
Adalah ganggunan induksi panas yang lebih serius. Ciri dari gangguan ini adalah pening dan pingsan akibat berada dalam lingkungan panas pada waktu yang cukup lama.
Heat cramp
Gejala dari penyakit ini adalah rasa nyeri dan kejang pada kakai, tangan dan abdomen dan banyak mengeluarkan keringat. Hal ini disebabkan karena ketidak seimbangan cairan dan garam selama melakukan kerja fisik yang berat di lingkungan yang panas
Heat exhaustion
Diakibatkan oleh berkurangnya cairan tubuh atau volume darah. Kondisi ini terjadi jika jumlah air yang dikeluarkan seperti keringat melebihi dari air yang diminum selama terkena panas. Gejalanya adalah keringat sangat banyak, kulit pucat, lemah, pening, mual, pernapasan pendek dan cepat, pusing dan pingsan. Suhu tubuh antara (37°C - 40°C)
Heat stroke,
Adalah penyakit gangguan panas yang mengancam nyawa yang terkait dengan pekerjaan pada kondisi sangat panas dan lembab. Penyakit ini dapat menyebabkan koma dan kematian. Gejala dari penyakit ini adalah detak jantung cepat, suhu tubuh tinggi 40o C atau lebih, panas, kulit kering dan tampak kebiruan atau kemerahan, Tidak ada keringat di tubuh korban, pening, menggigil, muak, pusing, kebingungan mental dan pingsan.
Multiorgan-dysfunction syndrome Continuum.
Adalah rangkaian sindrom/gangguan yang terjadi pada lebih dari satu/sebagian anggota tubuh akibat heat stroke, trauma dan lainnya.
Penyakit lain yang bias timbul adalah penyakit jantung, tekanan darah tinggi, gangguan ginjal dan gangguan psikiatri. (Climate Change and Health Office SafeEnvironments Programme Health Canada, 2006). Penyakit akibat terpapar panas ini diakibatkan karena naik/turunnya suhu tubuh. Suhu normal tubuh berkisar anatara 37-38oC (99 – 100oF) (NCDOOL, 2001).
b.       Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
Radiasi (R)
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5 – 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas.
Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
Konduksi (KOND)
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
Evaporasi (E)
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari.
Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi.
Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual ( yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.
Konveksi (KONV)
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akan dipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) menjadi kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
Salah satu potensi bahaya yang terdapat di lingkungan kerja dan mendapat perhatian khusus adalah panas. Panas berlebih di tubuh baik akibat proses metabolisme tubuh maupun paparan panas dari lingkungan kerja dapat menimbulkan masalah kesehatan (heat strain) dari yang sangat ringan seperti heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion hingga yang serius yaitu heat stroke. Studi ini merupakan identifikasi bahaya yang bertujuan untuk; menghitung indeks tekanan panas melalui pengukuran faktor-faktor eksternal lingkungan yang mempengaruhi tekanan panas yaitu kelembaban, kecepatan angin, suhu kering, suhu basah dan suhu radiasi; melakukan evaluasi terhadap kesehatan pekerja akibat paparan panas melalui pengukuran tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi dan suhu tubuh pekerja. Penelitian ini dilakukan di bagian peleburan dan pengecoran unit COR I dan II serta unit TEMPA sebagai kontrol di industri strategis PT.X. Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis indeks tekanan panas dengan metode ISBB diketahui bahwa indeks tekanan panas bagian peleburan unit COR I adalah 31,51 derajat C ±1,75, pada bagian pengecoran 28,29 derajat C ±1,3, pada bagian peleburan dan pengecoran ferro unit COR I adalah 33,87 derajat C ±6,36 dan 28,22 derajat C ±1,66, pada bagian peleburan dan pengecoran non-ferro adalah 30,3 derajat C ±2,41 dan 30,32 deajat C ±3,14. Dan sebagai kontrol dilakukan di unit TEMPA diketahui nilai indeks tekanan panas yaitu 25,11 derajat C ±0,92. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri tenaga Kerja KEP-MEN/51/1999 nilai indeks tekanan panas pada bagian peleburan unit COR I, peleburan ferro, peleburan dan pengecoran non-ferro unit COR II telah melebihi ambang batas yaitu 30 derajat C. Berdasarkan hasil perhitungan Heat Index diperoleh nilai antara 80 derajat F-90 derajat F dan berdasarkan Belding Hatch index diperoleh nilai Heat Stress Index pada lokasi peleburan dan pengecoran unit COR I masing masing 140 dan 40, untuk bagian peleburan dan pengecoran ferro unit COR II masing masing sebesar 150 dan 40 dan bagian peleburan dan pengecoran non ferro unit cor II adalah 90. Analisis kesehatan dilakukan terhadap 48 orang pekerja yang terdiri dari 24 orang pekerja di unit COR I dan II dan 24 orang pekerja lainnya di unit TEMPA sebagai kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Hazard Index, diketahui bahwa bagian peleburan dan pengecoran unit COR I dan II dapat menimbulkan risiko kesehatan bagi pekerja yang bekerja di lokasi tersebut (Hazard Index>1). Risiko terjadinya gangguan kesehatan pekerja diperoleh dari nilai RR yang mana pekerja yang terpapar panas berisiko mengalami penurunan tekanan darah sistolik 1,55 kali lipat, penurunan tekanan darah diastolik 1,57 kali lipat dan kenaikan suhu tubuh 9,25 kali lipat dibandingkan pekerja yang tidak terpapar panas suhu ekstrim. Untuk parameter denyut nadi tidak adanya hubungan positif dengan paparan panas. Kontribusi paparan panas menimbulkan gangguan terhadap kesehatan pekerja (AR) adalah untuk penurunan tekanan darah sistolik 35%, penurunan tekanan diastolic 36% dan kenaikan suhu tubuh adalah 89,2%.
Faktor–faktor Risiko
Pada temperatur atau suhu yang tinggi; Pada kelembaban
yang tinggi Faktor – faktor risiko serangan panas termasuk:
1.      Temperatur atau suhu tinggi
2.      Kelembaban yang tinggi (Karena hal ini
3.      menghalangi penguapan keringat)
4.      Ventilasi yang tak memadai
5.      Paparan radiasi panas yang tinggi,
6.      seperti terkena sinar matahari langsung
7.      Aktivitas kerja manual yang berat.
8.      Memakai pakaian yang dapat
9.      menghalangi penguapan keringat dan
10.  menghalangi pengurangan panas.

Kita harus mempertimbangkan semua faktor – faktor tersebut di atas dan tidak hanya mengandalkan faktor tunggal saja (seperti temperatur) dalam memberikan penilaian terhadap risiko dari serang terik panas.
Jenis Pekerjaan apa sajakah yang mempunyai
risiko lebih tinggi terhadap serangan hawa
panas?
Para pekerja yang diharuskan bekerja di lingkungan yang panas, di luar gedung ataupun di dalam gedung, bisa jadi mengalami serangan hawa panas, jika tidak ada melakukan langkah – langkah pencegahan. Sebagai contoh, pekerja konstruksi atau pekerja untuk perbaikan jalan, pekerja binatu, pekerja catering yang bekerja di dapur, pekerja jasa pengantaran/pengangkutan barang dan lain sebagainya. Para pekerja yang baru pertama kali melakukan pekerjaan pekerjaan cenderung mendapatkan serangan hawa panas karena badan mereka masih belum mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan kerja yang panas.
Gejala–gejala Serangan Hawa Panas
1.      Kehausan, kelelahan, kelesuan
2.      Mual dan sakit kepala
3.      Hampir pingsan dan sejenak kemudian kehilangan
4.      kesadaran
5.      Kulit yang lembab dan pucat
6.      Lemah dan detak nadi yang cepat, dan bahkan
7.      kekejangan otot
KASUS
Seorang pemuda 20 tahun baru 10 hari bekerja sebagai pengangkut pasir. Ia jatuh sakit karena kelelahan dan ototnya terasa pegal semua. Di tempat kerjanya udaranya sangat panas dan berdebu. Saat ia bekerja jantungnya berdenyut sangat cepat 120 X permenit.
PENJELASAN
Dari kasus tersebut, Pemuda merasa kelelahan, otot pegal dan denyut jantung mencapai 120 kali per menit dapat disebabkan karena berbagai faktor di tempat kerja. Salah satu faktor penyebab pemuda merasakan berbagai keluhan tersebut adalah paparan panas. Karena pemuda dalam melakukan pekerjaannya terpapar panas dari lingkungan
.
Kelelahan dan otot terasa pegal dapat terjadi karena tubuh manusia yang berdarah panas, mempunyai sistem untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan, meskipun tubuh terpajan oleh berbagai tingkat temperatur dari lingkungan. Untuk menjaga agar suhu tubuh berada pada batas yang aman, tubuh harus melepaskan atau membuang kelebihan panasnya. Proses yang utama adalah melalui sirkulasi darah dan pengeluaran keringat. Respon otomatis pengaturan panas tubuh biasanya terjadi jika temperature darah melebihi 98,6°F dan pengaturan serta pengendalian temperatur tubuh dilakukan oleh otak.
Pengeluaran keringat oleh tubuh bukan untuk mendinginkan tubuh tapi untuk mengeluarkan cairan dari kulit melalui proses evaporasi. Pada kondisi kelembaban yang tinggi, proses evaporasi keringat dari kulit akan menurun dan upaya tubuh untuk menjaga temperatur tubuh pada batas yang bisa diterima akan menjadi terganggu. Kondisi ini akan dapat mengganggu kemampuan kerja individu yang bekerja di lingkungan yang panas. Dengan banyaknya darah yang mengalir ke permukaan tubuh bagian luar, akan menyebabkan penurunan aktivitas otot, otak, organ internal, penurunan kekuatan, dan fatigue yang terjadi lebih cepat.
Selain itu, aklimatisasi atau proses penyesuaian diri terhadap panas juga dapat menyebabkan kelelahan. Aklimatisasi merupakan proses adaptasi secara fisologis dan psikologis yang terjadi sehingga seseorang menjadi terbiasa untuk bekerja pada lingkungan kerja yang panas. Peningkatan penyesuaian terjadi seiring dengan makin lamanya terpajan oleh panas dan penurunan tingkat efek (strain) yang dirasakan. Peningkatan daya toleransi terhadap panas membuat seseorang menjadi lebih efektif dalam bekerja pada kondisi yang mungkin mengganggu sebelum terjadi aklimatisasi. Seseorang yang terpajan oleh panas lingkungan kerja akan terlihat tanda-tanda seperti tertekan dan tidak nyaman, peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi, sakit kepala, perasaan mau mabuk, hilang kesadaran, dan beberapa tanda lainnya seperti heat exhaustion.
Sebelum terjadinya pajanan yang berulang, terdapat tanda adaptasi dimana terjadi perubahan fisiologis dengan peningkatan keringat secara efisien yang secara bersamaan akan menimbulkan sirkulasi yang stabil. Setelah terpajan panas beberapa hari seseorang yang melakukan pekerjaan yang sama akan mengalami penurunan suhu tubuh dan denyut nadi, namun terjadi peningkatan keringat (penurunan tekanan pada termoregulator), dan tidak ada tanda-tanda tertekan seperti yang dialami sebelumnya.
Aklimatisasi penuh terhadap panas terjadi pada pajanan harian yang relatif singkat. Minimum waktu pajanan untuk dapat beraklimatisasi terhadap panas adalah 100 menit perhari secara kontinyu. Namun dalam kasus diatas, memungkinkan bahwa pemuda tersebut tidak melakukan penyesuaian diri dari lingkungan kerja yang panas. Kemungkinan pemuda tersebut pada hari pertama sampai dengan hari ke sepuluh selalu bekerja 100% sesuai dengan jam kerja tanpa ada penyesuaian diri pada hari minggu pertama kerja.
NIOSH, menyarankan untuk selalu melakukan aklimatisasi yang rutin, yaitu : Pekerja yang tidak aklimatisasi seharusnya diaklimatisasi dengan periode lebih dari 6 hari. Jadwal aklimatisasi dimulai dengan pajanan 50% untuk mengantisipasi kelebihan beban kerja dan waktu pajanan pada hari pertama. Pada hari berikutnya ditingkatkan 10% setiap harinya, sehingga mencapai 100% pada hari keenam.
Naiknya denyut jantung mencapai 120 kali permenit juga merupakan akibat dari aktivitas kerja dan berada pada lingkungan kerja yang panas. Denyut jantung tersebut tidak normal karena denyut jantung normal manusia adalah 60-80 kali per menit. Aktivitas kerja manusia dan berada pada lingkungan panas dapat merangsang jantung untuk berkontraksi lebih cepat. Hal ini sesuai dengan teori tentang denyut nadi jantung dalam Psysiologi Bases of Exercise bahwa latihan yang lama pada lingkungan yang panas menyebabkan denyut jantung lebih tinggi daripada latihan pada temperature rendah menurut P.O. Astrand, 1961
Denyut jantung dapat berubah karena meningkatnya Cardiac Output (curahan jantung) yang diperlukan otot yang sedang bekerja dan karena penambahan strain pada aliran darah karena terpapar panas.
Pada saat bekerja terjadi peningkatan metabolisme sel –sel otot sehingga aliran darah meningkat untuk memindahkan zat –zat makanan dari darah yang dibutuhkan jaringan otot. Semakin tinggi aktivitas maka semakin meningkat metabolisme otot sehingga curah jantung akan meningkat untuk mensuplai kebutuhan zat makanan melalui peningkatan aliran darah. Peningkatan curah jantung akan meningkatkan frekwensi denyut jantung yang akan meningkatkan denyut nadi pada akhirnya. Selain itu iklim kerja yang panas juga meningkatkan kinerja jantung untuk untuk mengalirkan darah ke kulit untuk meningkatkan penguapan keringat dalam rangka mempertahankan suhu tubuh.
SOLUSI
1. Aklimatisasi
a. Pekerja yang tidak aklimatisasi seharusnya diaklimatisasi dengan periode lebih dari 6 hari. Jadwal aklimatisasi dimulai dengan pajanan 50% untuk mengantisipasi kelebihan beban kerja dan waktu pajanan pada hari pertama. Pada hari berikutnya ditingkatkan 10% setiap harinya, sehingga mencapai 100% pada hari keenam.
b. Pekerja yang secara tetap teraklimatisasi kemudian tidak terpajan 9 hari atau lebih seharusnya menjalani periode aklimatisasi selama 4 hari. Jadwal aklimatisasi dimulai dengan pajanan 50% unutk mengantisipasi kelebihan pajanan pada hari pertama. Pada hari berikutnya ditingkatkan 20% setiap harinya, sehingga mencapai 100% pada hari keempat.
c. Pekerja yang secara tetap beraklimatisasi kemudian tidak terpajan selama 4 hari karena sakit seharusnya mendapat izin untuk kembali bekerja dan harus menjalani periode aklimatisasi selama 4 hari seperti pada poin b.
2. Penggantian Cairan
Air yang dingin (50° – 60°F) atau cairan yang dingin (kecuali alkohol) seharusnya disediakan untuk membantu mereka minum lebih sering, misalnya 1 gelas setiap 20 menit. Minuman yang mengandung garam mineral bukanlah hal yang penting terutama bagi pekerja yang sudah melakukan aklimatisasi.
Sistem Kerja yang Aman dan Sehat
1. Lingkungan Kerja
Memisahkan fasilitas peralatan kerja yang dapatmenimbulkan panas di tempat bekerja dan  menggunakan material yang sudah diisolasi untuk meminimalkan pengeluaran panas pada area kerja yang lainnya; Meningkatkan aliran udara dengan menggunakan ventilasi yang memadai atau sistem mesin pendinginruangan yang memadai, terutama di tempat–tempat
kerja seperti dapur–dapur dan peti–peti logam kontener

Hindarilah bekerja di bawah sinar terik matahari langsung dan memasang alat pencegah panas matahari sementara jika memungkinkan.
2. Pengaturan Kerja
Hindari bekerja di lingkungan yang panas dalam waktu yang lama. Perhatikan laporan cuaca, dan semua ataupun sebagian besar pekerjaan haruslah
dijadwalkan pada:
- periode waktu yang lebih dingin, seperti di pagi hari; dan
- tempat yang lebih dingin, seperti area yang sudah ada pelindungnya atau area yang teduh Meminimalkan pekerjaan fisik yang mengharuskan menggunakan alat–alat mekanik di tempat kerja. Membuat pengaturan kerja bagi para pekerja untuk istirahat di tempat yang sejuk atau daerah teduh selama periode waktu panas. Memperbolehkan karyawan untuk istirahat secara teratur atau merotasi ke sisi lain tempat kerja dalam jam kerja untuk mengurangi serangan panas pada lingkungan kerja yang panas.
3. Sediakan Air Minum Botol Dingin
Sediakan air minum botol dingin untuk para pekerja setiap waktu selama kerja. Mendorong para pekerja untuk minum air secukupnya atau minuman lain yang layak untuk menambah cairan dan elektrolit yang hilang dari tubuh karena keringat.
4. Pakaian Yang Cocok
Pakaian dengan warna cerah akan mengurangi penyerapan panas dan membantu pengeluaran panas. Pakaian yang longgar dapat membantu penguapan keringat, tapi pakaian yang terlalu longgar dapat menyebabkan terselip atau terseret ke bagian–bagian mesin yang bergerak. Pakaian yang terbuat dari bahan alami dapat membantu pengeluaran panas. Helm dengan pinggiran yang lebar atau topi dengan tepi yang lebar dapat mencegah terik sinar matahari langsung di bagian wajah, leher dan punggung.
5. Kesehatan Pekerja
Perhatian khusus harus diberikan pada setiap laporan yang disampaikan oleh pekerja yang menderita gejala serangan hawa panas. Para pekerja harus dilatih untuk memperhatikan respon tubuhnya. Bilamana terjadi gejala serangan hawa panas, mereka harus segera menginformasikan kepada atasannya dan mengambil tindakan–tindakan memadai secepatnya. Beberapa pekerja mungkin mempunyai kesulitan kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja yang panas karena keadaan kondisi kesehatan mereka atau efek dari obat – obatan. Para majikan harus memikirkan hal ini dan mempertimbangkan pemberian rekomendasi bagi para pekerja untuk pergi ke dokter saat akan memberikan tugas kerja bagi para pekerja tersebut.
Yang dimaksud dengan heat stress disini adalah reaksi fisik dan fisiologis pekerja terhadap suhu yang berada diluar kenyamanan bekerja. Paparan panas terhadap tubuh dapat berasal dari lingkungan kerja (panas eksternal),panas yang berasal dari aktivitas kerja (panas internal) dan panas karena memakai pakain yang terlalu tebal. Heat stress terjadi apabila tubuh sudah tidak mampu menseimbangkan suhu tubuh normal karena besarnya beban panas dari luar. Jika tubuh terpapar panas,maka sistem yang ada didalam tubuh akan menpertahankan suhu tubuh internal agar tetap pada suhu normal (36-38 C) dengan cara mengalirkan darah lebih banyak kekulit dan mengeluarkan cairan atau keringat. Pada
saat demikian jantung bekerja keras memompa darah ke kulit untuk mendinginkan tubuh,sehingga darah lebih banyak bersirkulasi di daerah kulit luar. Ketika suhu lingkungan mendekati suhu tubu normal,maka pendinginan makin sulit dilakukan oleh sistem tubuh. Jika suhu luar sudah berada diatas suhu tubuh maka sirkulasi darah dan keringat yang keluar tidak mampu menurunkan suhu tubuh kesuhu normal. Dalam kondisi seperti ini,jantung terus memompa darah kepermukaan tubuh,kelenjar keringat terus mengeluarkan cairan yang mengandung elektrolit ke permukaan kulit dan penguapan keringat menjadi cara yang efektif untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan. Namun jika kelembaban udara cukup tinggi,maka keringat tidak dapat menguap dan suhu tubuh tidak dapat dipertahankan,dalam kondisi ini tubuh mulai terganggu. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan individu untuk bekerja dilingkungan panas. Dengan banyaknya darah mengalir kekulit luar,maka pasokan darah ke otak,otot-otot aktif dan organ internal lainnya menjadi berkurang sehingga kelelahan dan penurunan kekuatan tubuh mulai lebih cepat terjadi. Konsentrasi bekerja juga mulai terganggu.
Bekerja di area panas dapat meningkatkan potensi terjadinya kecelakaan,misalnya karena telapak tangan licin akibat berkeringat,pusing,fogging dari kaca mata safety dan luka bakar jika tersentuh benda panas. Selain dari bahaya ini jelas,frekuensi kecelakaan,secara umum tampaknya lebih tinggi di lingkungan yang panas daripada di kondisi lingkungan yang lebih moderat. Salah satu alasannyaadalah bahwa bekerja di lingkungan yang panas menurunkan kewaspadaan mental dan kinerja fisik individu. Peningkatan suhu tubuh dan ketidaknyamanan fisik dapat meningkatkanemosi,kemarahan,dan kondisi emosional lainnya yang kadang-kadang menyebabkan pekerja mengabaikan prosedur keselamatan atau kurang hati-hati terhadap bahaya ditempat kerja. Paparan berlebihan terhadap lingkungan kerja yang panas dapat mengakibatkan berbagai gangguan terhadap tubuh. Berikut adalah gangguan yang dapat terjadi akibat panas:
Heat Stroke
Heat stroke adalah akibat yang paling serius dari bekerja di lingkungan panas. Hal ini terjadi karena sistem pengatur suhu tubuh tidak mampu mempertahankan suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat (keringat terhenti). Suhu tubuh naik secara dramatis,dan korban mengalami gannguan
mental serta kejang-kejang. Jika hal ini terjadi,korban harus segera dikeluarkan dari area panas dan ditempatkan diarea dingin,tubuhnya harus dibasahi dengan kain basah untuk menurunkan suhu tubuhnya sebagai pertolongan pertama. Selanjutnya korban harus dibawa kerumah sakit untuk mendapat pertolongan lebih lanjut. Jangan sampai terlambat karena bisa berakibat kematian.
Heat Exhaustion
Heat exhaustion atau kelelahan panas dapat mengalami beberapa gangguan klinis yang dapat menyerupai gejala awal heat stroke. Kelelahan panas diakibatkan oleh hilangnya sejumlah besar cairan tubuh melalui keringat,kadang-kadang disertai kehilangan cairan elektrolit yang berlebihan. Pekerja yang mengalami kelelahan panas masih berkeringat tetapi mengalami kelelahan,pusing,mual atau sakit kepala. Dalam kasus yang lebih serius,korban bisa muntah atau hilang kesadaran,kulit basah atau lembab,pucat atau memerah dan suhu tubuh normal atau sedikit diatas normal. Pada kondisi ini korban harus segera dipindahkan ketempat yang dingin untuk mendapatkan perawatan danistrihat yang cukup. Heat CrampsHeat cramps atau kram panas adalah terjadinya kram atau kejang pada otot-otot akibat kehilangan cairan elektrolit,meskipun sudah minum air secukupnya namun tidak bisa menggantikan garam didalam tubuh,bahkan air yang diminum mengencerkan cairan elektrolit yang ada didalam tubuh dan semakin mempermudah cairan elektrolit tersebut keluar dari tubuh sehingga kadar cairan elektrolit makin rendah,dan hal ini menyebabkan otot mengalami kram yang menyakitkan. Biasanya kram dapat terjadi pada otot kaki,lengan,atau perut. Biasanya otot-otot yang lelah akan lebih mudah kram. Kram dapat terjadi selama satu atau setengah jam,dan dapat dipulihkan dengan meminum cairan yang mengandung elektrolit atau garam.
Fainting
Fainting atau pingsan bisa terjadi bagi pekerja yang tidak terbiasa bekerja dilingkungan panas. Pada saat bekerja terjadi pembesaran pembuluh darah dibawah kulit dan bagian bawah tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh,sehingga darah terkumpul disana dan otak mengalami kekurangan suplai darah. Setelah pekerja yang pingsan dipindahkan ke ruangan yang lebih dingan dan dibaringkan untuk membiarkan darah mengalir ke otak agar korban sadar kembali.
Heat Rash
Heat rash atau biang keringat dapat terjadi pada lingkungan panas yang lembab,dimana keringat tidak bisa menguap dan menempel dikulit atau kulit tetap basah,sehingga memuncukan biang keringat. Untuk menghindari biang keringat pekerja bisa beristirahat diruangan yang dingin dan mandi bersih serta mengeringkan kulit. Jika biang keringatnya parah,maka sebaiknya berobat ke dokter kulit.
Transient Heat Fatigue
Transient heat fatigue adalah kelelahan panas sementara yang terjadi karena ketidaknyamanan akibat paparan panas yang dapat menyebabkan ketegangan mental atau psikologis. Biasanya terjadi pada pekerja yang rentan terhadap panas,dan dapat mengganggu kinerja,koordinasi dan kewaspadaan. Tingkat ketahanan terhadap panas dari pekerja yang suka mengalami transient heat fatigue dapat dinaikkan secara bertahap dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan panas.

II.  PAPARAN DINGIN (Hipotermia)
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan  melalui pengukuran suhu inti:
·         Ringan: 33°-36°.
·         Sedang: 30°-33°.
·         Berat: 27°-30°.
·         Sangat berat: <30°.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai.
Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
Paparan terhadap dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Panas yang dibentuk tubuh atau diperoleh tidak cukup untuk mengimbangi kehilangan panas sehingga suhu tubuh menjadi rendah <35º Celcius atau hipotermia. Tubuh akan berusaha untuk mengatasinya dengan cara gemetar, suatu respons bawah sadar untuk meningkatkan suhu tubuh melalui aktivitas otot. Suhu lingkungan tidak perlu sangat dingin untuk mencetuskan hipotermia. Jangan berpendapat bahwa di daerah tropis tidak mungkin terjadi hipotermia. Hipotermia dapat terjadi akibat penderita berada di alam terbuka untuk waktu yang cukup lama. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu suhu rendah, faktor angin, air, usia penderita, kesehatan penderita, penyakit yang sudah diderita atau cedera yang terjadi, alkohol dan penyalah­gunaan obat dan kekurangan makanan.
Gejala dan tanda Hipotermia sedang :
·         Menggigil.
·         Terasa melayang.
·         Pernafasan cepat, nadi lambat.
·         Gangguan penglihatan.
·         Reaksi mata lambat.
·         Gemetar.
Gejala dan tanda Hipotermia berat :
·         Pernafasan sangat lambat.
·         Denyut nadi sangat lambat.
·         Tidak ada respon.
·         Manik mata melebar dan tidak bereaksi.
·         Alat gerak kaku.
·         Tidak menggigil.
Menurut Sumber Lain :
Hipotermi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan temperature tubuh, yaitu :
  1. Ringan = 34-36°C
    Kebanyakan orang bila berada pada suhu ini akan menggigil secara hebat, terutama di seluruh ekstremitas. Bila suhu tubuh lebih turun lagi, pasien mungkin akan mengalami amnesia dan
    disartria. Peningkatan kecepatan nafas juga mungkin terjadi.
  2. Sedang = 30–34°C
    Terjadi penurunan konsumsi oksigen oleh sistem saraf secara besar yang mengakibatkan terjadinya
    hiporefleks, hipoventilasi, dan penurunan aliran darah ke ginjal. Bila suhu tubuh semakin menurun, kesadaran pasien bisa menjadi stupor, tubuh kehilangan kemampuannya untuk menjaga suhu tubuh, dan adanya resiko timbul aritmia.
  3. Berat = <30°C
    Pasien rentan mengalami
    fibrilasi ventrikular, dan penurunan kontraksi miokardium, pasien juga rentan untuk menjadi koma, pulse sulit ditemukan, tidak ada reflex, apnea, dan oligouria.
Penanganan hipotermia :
1.      Rawat penderita dengan hati-hati, berikan rasa nyaman.
2.      Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.
3.      Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
4.      Jaga jalan nafas dan berikan oksigen bila ada.
5.      Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
6.      Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan-pelan.
7.      Pantau tanda vital secara berkala.
8.      Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Menurut Sumber Lain :
Pasien dengan hipotermi ringan dapat diterapi langsung di lapangan, yaitu dengan melepas atau menjauhkan benda atau zat yang mendinginkan, kemudian diberi penghangat seperti handuk atau selimut.
Sementara pasien dengan hipotermia sedang atau berat memerlukan perawatan khusus di rumah sakit berupa rewarming atau peningkatan kembali suhu tubuh. Perawatan ini berupa rewarming aktif yang diikuti rewarming pasif, rewarming aktif yaitu mendekatkan benda hangat atau panas dari luar tubuh yang ditempelkan pada tubuh pasien. Contohnya yaitu air panas yang sudah dimasukan ke tempat khusus kemudian ditempelkan ke tubuh.
Bila pasien teraba dingin, tetapi sirkulasi masih terjaga dengan baik, maka tugas penolong adalah untuk menjaga agar korban tidak kehilangan panas tubuh lebih banyak, dan berusaha untung menghangatkan (rewarm), bila pasien mengalami cardiac arrest atau henti jantung, maka dilakukan resusitasi jantung-paru dengan modifikasi sesuai dengan prosedur.
Jangan menunda prosedur yang darurat seperti intubasi dan pemasangan kateter, tapi lakukan secara hati-hati dan terus lakukan monitor terhadap ritme jantung, karena pasien rentan mengalami fibrilasi ventrikular.

III.             TEKANAN TURUN

HIGIENE INDUSTRI
Higiene industri yang diuraikan berikut ini meliputi: suhu , kelembaban, tekanan udara, ventilasi, penerangan, debu, kebisingan, getaran, radiasi, kimia, dan biologi di tempat kerja

SUHU RUANG
Suhu ruang tempat kerja hendaknya berada pada suhu nyaman. Untuk orang Indonesia suhu nyaman sekitar 25 0C, sedangkan untuk orang yang biasa hidup di daerah dingin suhu nyaman sekitar dibawah 20 0C. Suhu tubuh pekerja hendaknya dapat dijaga tetap sekitar suhu normal untuk menjaga kapasitas kerja dan efisiensi kerja. Suhu tubuh pekerja normal sekitar 37 0C.. Selama bekerja, tubuh akan menghasilkan sejumlah panas. Panas ini akan dilepaskan ke dalam udara ruang kerja.
Bila suhu udara lingkungan kerja pada suhu nyaman yaitu 25 0C (lebih dingin dari suhu tubuh yang normal), panas yang dihasilkan tubuh sewaktu bekerja dilepas ke udara ruangan kerja, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tetap sekitar 37 0C . Terjadi keseimbangan antara panas yang diproduksi dan panas yang dilepaskan oleh tubuh  selama bekerja, sehingga suhu tubuh pekerja selama bekerja tetap pada kondisi suhu tubuh normal Penyebaran panas tubuh ke udara lingkungan kerja dapat terjadi dengan beberapa cara yaitu dengan cara penguapan (keringat, pernafasan), radiasi, konveksi, dan konduksi.
Bila suhu lingkungan kerja lebih panas (diatas suhu nyaman) misalnya pada lokasi peleburan, pembakaran dll, maka tubuh akan menerima panas dari udara lingkungan kerja, atau panas dari tubuh pekerja sewaktu bekerja sulit dilepas ke udara lingkungan kerja, sehingga suhu tubuh dapat meningkat. Panas yang diterima tubuh dari udara ruang kerja dan panas tubuh yang sulit dilepas ke udara ruang kerja dapat merupakan beban kerja bagi pekerja. Akibatnya suhu badan pekerja akan meningkat, sehingga kapasitas dan efisiensi kerja menjadi menurun.
Apabila suhu ruang kerja terlalu rendah misalnya pada ruang penyimpanan dingin, maka panas tubuh akan dipancarkan ke udara lingkungan kerja lebih banyak dibandingkan bila suhu tempat kerja berada pada kondisi nyaman. Sedangkan tubuh berupaya untuk menjaga suhu badan normal, untuk dapat beraktifitas optimal.Untuk itu tubuh akan memproduksi panas dengan membakar karbohidrat, lemak, protein dalam badan lebih banyak dari biasanya selama pekerja, untuk mempertahan suhu tubuh yang normal. Bila kompensasi tubuh memproduksi panas gagal maka pekerja akan mengalami kedinginan (suhu tubuh lebih rendah dari suhu badan normal) maka kapasitas dan efisiensi kerja akan menurun  
Peralatan untuk mngukur suhu udara ruangan dapat menggunakan thermometer alcohol, dan pencatatan suhu udara ditujukan untuk memperoleh suhu rata2, maksimum,  minimum, dan selisih suhu (amplitudo) di ruang kerja.
Penyakit Dekompresi atau dalam bahasa inggris kita sebut sebagai Decompression Sickness adalah suatu keadaan yang paling harus dihindari oleh setiap diver.
Secara sederhana dekompresi didefinisikan sebagai suatu keadaan medis dimana akumulasi nitrogen yang terlarut setelah menyelam membentuk gelembung udara yang menyumbat aliran darah serta system syaraf.

Nitrogen Penyebab Dekompresi
Udara yang hirup saat menyelam adalah mayoritas Oksigen dan Nitrogen. Peningkatan oksigen yang dihirup akan berdampak positif bagi metabolisme tubuh, namun gas nitrogen tidak digunakan oleh tubuh kita.
Akibatnya, gas Nitrogen akan terakumulasi didalam tubuh penyelam proporsi dengan durasi menyelam dan kedalaman penyelaman. Dengan kata lain, semakin lama kita menyelam, maka akumulasi nitrogen didalam tubuh penyelam akan semakin banyak.

Gejala-Gejala Dekompresi
Gejala-gejala Dekompresi biasanya timbul sesaat setelah menyelam atau tertunda sampai maksimal 48 jam.
Gejala-gejala dekompresi ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu type pain only yang relatif lebih ringan, dan Dekompresi type 2 ini gejalanya bisa lebih serius

Jenis-Jenis Dekompresi
Penyakit ini ada 2 jenis, jenis yang pertama adalah jenis yang tidak berbahaya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
  Sakit persendian
  Sakit kepala
Sedangakan jenis kedua itu jenis dekompresi yang parah, yaitu bisa menyebabkan:
  Kelumpuhan
  Mati Rasa
  Kematian
Pencegahan
  Rencana menyelam
  Gunakan peralatan yang tepat
  Periksa alat pengukur Anda sering
  Tinggal dalam batas-batas
  Mendaki berlahan-lahan
  Selalu menyelam ketika sehat dan cukup istirahat.

Penanggulangan
  Berilah oksigen murni (100%) pada penyelam yang menunjukan gejala dekompresi sehabis menyelam
  hubungi Rumah Sakit yang memiliki fasilitas Hyperbarik (Recompression Chamber).
  Segera evakuasi korban ke fasilitas hyperbarik terdekat. Gejala-gejala Dekompresi tidak akan membaik sampai si korban mendapatkan terapi hiperbarik.  
 
BAB II
PENUTUP

1.      Kesimpulan
a.       Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia dan faktor non-iklim yaitu dari panas metabolisme tubuh, pakaian kerja dan tingkat aklimatisasi. Sedangkan regangan panas (heat strain) merupakan efek yang diterima tubuh manusia atas beban tekanan panas tersebut. Secara umum : Suhu Tinggi + Kelembaban tinggi + Kerja Fisik = Tekanan Panas. Panas dapat didefinisikan sebagai energi dalam perjalanan dari objek suhu yang tinggi ke objek suhu yang lebih rendah.
b.      Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai.
c.       Higiene industri yang diuraikan berikut ini meliputi: suhu , kelembaban, tekanan udara, ventilasi, penerangan, debu, kebisingan, getaran, radiasi, kimia, dan biologi di tempat kerja.
2.      Saran
Dari pembahasan-pembahasan dan kesimpulan yang telah di buat penulis, saran yang dapat diberikan untuk para pengusaha yang memiliki pekerja adalah:
a.       Memberikan kenyamanan tempat kerja untuk para pekerja.
b.      Membuat kondisi lingkungan kerja dengan suhu sebaik mungkin, tidak terlalu panas.
c.       Membuat kondisi lingkungan kerja dengan suhu sebaik mungkin, tidak terlalu dingin.
d.      Membuat kondisi ruangan jauh dari tekanan udara yang dapat mengganggu.
e.       Menyediakan alat pengaman bagi pekerja.

DAFTAR PUSTAKA
ikk354.blog.esaunggul.ac.id/.../MONIRING-LINGKUNGAN-KERJA-HAEAT-STRESS.pdf

Lampiran:
Nama anggota
K2512040
HARISYAH NASUTION
K2512041
HERA KUSUMA WIJAYANI
K2512042
HERLINA OKY YULIATI
K2512043
HUSAIN MUSTHOFA
K2512046
IKA WAHYU NOOR A
K2512047
Joko Riyanto
K2512048
Kholid Yusuf Eryandi
K2512044
ICHSAN RUSDIANTO
K2512045
Ika Aprilia Ayu Wardani



Tidak ada komentar:

Posting Komentar